Jumat, 07 Oktober 2016

Objek Filsafat

        Secara umum, filsafat mempunyai objek yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin ada dan boleh juga diaplikasikan, yaitu tuhan, alam semesta, dan sebagainya. Apabila diperhatikan secara seksama objek filsafat tersebut dapat dikatagorikan kepada dua:
1.       Objek material
Objek material ini adalah sasaran material suatu penyelidikan, pemikiran atau penelitian keilmuan. Objek material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secar umum.

2    2.   Objek formal
Objek formal merubah objek khusus filsafat yang sedalam-dalamnya (Poedjawijatna, 1994: 8). Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Suatu obyek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang sehingga menghasilkan ilmu yang berbeda-beda. Objek formal ini dapat dipahami melalui dua kegiatan:
a.       Aktivitas berfikir murni (reflective thinking) artinya kegiatan akal manusia dengan usaha untuk mengerti dengan usaha untuk mengerti secara mendalam segala sesuatunya sampai ke akar-akarnya.
b.      Produk kegiatan berfikir murni, artinya hasil dari pemikiran atau penyelidikan dalam wujud ilmu atau ideologi.

Mengenai objek forma ini ada juga yang mengindentikan dengan metafisika, yaitu hal-hal diluar jangkauan panca indra, seperti persoalan esensi dan substansi alam, yaitu sebab utama terjadinya alam. Metafisika berasal dari bahasa yunani, yaitu metha artinya di belakang, sedangkan fisika artinya fisik atau nyata. Untuk itu dapat dipahami pengertian methafisika adalah pemikiran yang jauh dan mendalam dibalik apa yang bisa dijangkau oleh panca indra seperti Tuhan, asal alam, hakikat manusia, dan sebagainya.
Bagi plato(+ 427-347 SM) filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada. Sementara bagi Aritoteles(+ 384-322 SM) filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupaya mempelajari “peri ada selaku ada”(being as being) atau “peri ada sebagaimana adanya”(being as such). Dari dua pernyataan tersebut, dapatlah diketahui bahwa “ada” merupakan objek materi dari filsafat. Karena fisafat berusaha memberikan penjelasan tentang dunia seluruhnya, termasuk dirinya sendirinya, maka “ada” disini meliputi segala sesuatu yang ada dan, bahkan, yang mungkin ada atau seluruh ada. Jadi, secara singkat dapat dikatakan, jika filsafat itu bersifat holistik atau keseluruhan, sementara ilmu pengetahuan lainnya bersifat Fragmental atau bagian-bagian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar