Objek ontologi adalah yang ada, yaitu ada individu, ada umum, ada terbatas, ada tidak terbatas, ada universal, ada mutlak, termasuk metafisika dan ada sesudah kematian maupun segala sumber yang ada yaitu tuhan yang maha esa. Objek forma ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, akan menjadi kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme.
Menurut Lorens Bagus, metode dalam ontologi dibagi menjadi tiga tingkatan abstraksi yaitu : abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metafisik. Abstraksi fisik mendeskripsikan keseluruhan sifat khas suatu objek, sedangkan abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua sesuatu yang sejenis. Abstraksi metafisik mendeskripsikan tentang prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realita. Untuk ontologi ini metode yang sering digunakan adalah abstraksi metafisik karena dalam ontologi menerangkan teori-teori tentang realitas.
Menurut Lorens Bagus, metode pembuktian dibagi menjadi dua yaitu : pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori. Pembuktian a priori disusun dengan meletakkan term tengah berada lebih dahulu dari predikat dan kesimpulan term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan, sedangkan pembuktian a posteriori disusun dengan term tengah ada sesudah realitas kesimpulan, dan term tengah menunjukkan akibat realitas yang dinyatakan dalam kesimpulan hanya saja cara pembuktiannya disusun dengan tata silogistik, dimana term tengah dihubungkan dengan subjek sehingga term tengah menjadi akibat dari realitas kesimpulan.
Objek forma ini sering dipahami sebagai sudut atau titik pandang, yang selanjutnya menenentukan ruang lingkup. Berdasarkan ruang lingkup studi inilah selanjutnya ilmu pengetahuan berkembang menjadi prular, berbeda-beda dan cenderung saling terpisah antara satu dengan yang lain.
Dibandingkan dengan pengetahuan pada umumnya atau filsafat. Ilmu pengetahuan pada umumnya atau filsafat, ilmu pengetahuan mempersoalkan kebenaran secara khusus, konkret dan objektif, yang selanjutnya desebut kebenaran objektif, yang selanjutnya disebut kebenaran objektif. Kebenaran demikian tingkat kepastiannya lebih kuat, karena didukung oleh fakta-fakta konkret dan empirik objektif. Dalam hubunganya dengan perilaku, kebernaran objektif memberikan landasan stabil dan es tabil sehingga suatu perilaku dapat diukur nilai kebenarannya, dan bisa dipakai sebagai pedoman bagi semua pihak. Sedangkan objektifitas suatu objek materi, apapun jenisnya, bukan terletak pada keseluruhan tetapi pada bagian-bagian kecil dari objek itu. Mengingat di dalam diri objek materi terdapat bagian-bagian yang prular, dan mengingat keterbatasan subjek, maka dalam kegiatan ilmiah, subjek prular memilah-milah objek studi ke dalam bagian-bagian, dan kemudian memilih salah satu bagian sebagai lapangan studi. Lapangan studi inilah yang dimaksud dengan objek forma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar